Jumat, 18 April 2014

Cara belajar dan Tipe belajar


Cara – Cara Belajar yang Baik

Menentukan bagaimana cara – cara belajar yang baik bukanlah saol yang mudah. Di samping faktor yang ada di dalam diri orang itu sendiri, banyak pula faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri.
Untuk menjawab pertanyaan : “Bagaimana cara – cara belajar yang baik?”, banyak eksperimen yang telah dilakukan oleh para ahli psikologi. Dari sekian banyak penelitian dan percobaan yang dilakukan, sekian banyak pula jawaban yang dikemukakan. Namun, diantara jawaban-jawaban yang heterogen itu terdapat pula beberapa yang bersifat umum yang dapat kita pergunakan sebagai pegangan.
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode di dalam belajar, seperti berikut :
1.       Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method). Di dalam mempelajari sesuatu, kita harus memulai dahulu dari keseluruhan kemudian mendetail pada bagian- bagiannya (Gestalt).
2.      Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method) untuk bahan- bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelajari unit- unit pelajaran tertentu, untuk bahan- bahan yang bersifat non verbal (mengetik dan menulis misalnya) dan sebagainya.
3.      Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method), metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya luas atau yang sukar- sukar, seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umumnya.
4.      Metode resitasi (recitation method), resitasi dalam hal ini berarti mengulang atau mengucapkan kembali yang telah dipelajari dan dapat digunakan untuk bahan pelajaran bersifat verbal maupun non verbal.
5.      Jangka waktu belajar (leght of practice periods). Dari hasil eksperimen, jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan, dsb adalah antara 20-30 menit.
6.      Pembagian waktu belajar (distribution of practice periods), Dalam hal ini “hukum Jost” tentang belajar, 30 menit 2 x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.
7.      Membatasi kelupaan (counteract forgetting), adanya review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu beberapa semester untuk mempelajarinya.
8.     Menghafal (cramming), metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat.
9.      Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan, quick learning means quick forgetting. Di dalamnya terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Hasil-hasil eksperimen yang telah dilakukan tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak ataupun membenarkan generalisasi tersebut. untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti, mungkin generalisasi itu tepat dan benar. Akan tetapi, untuk bahan-bahan pelajaran yang lain tidak dapat dipastikan kebenarannya.

10.  Retroactive inhibition, Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki itu, di dalam diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula yang satu mendesak atau menghambat yang lain.  Untuk menghindari agar tidak terjadi retroactive inhibition terseebut, disarankan agar dalam belajar jangan mencampuradukkan, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus. Untuk itu diperlukan adanya jadwal atau time schedule dalam belajar yang harus ditaati secara teratur.


Gaya Belajar



Gaya belajar adalah variasi cara  yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. DePorter dan Hernacki (1999) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar tersebut yaitu :

1.      TIPE VISUAL (spatial).


Tipe visual banyak belajar dan menyerap informasi dari apa-apa yang dilihatnya. Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar/visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau informasi daripada apabila ide atau informasi tersebut disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.

2.      TIPE FISIK (kinesthetic).


Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara fisik dalam pembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.



3.      AUDITORI (Auditory Learners )


individu yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain.






Daftar Pustaka

Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar