PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK
Nama penulis : Ulfah khoeriyah
Prodi
Pendidikan Fisika Semester 2
Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peserta didik adalah organisme yang unik dan
berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya (Wina Sanjaya, 2006:54).
Perkembangan sendiri mempunyai arti perubahan psikis-fisik sebagai hasil
belajar, akan tetapi tempo dan perkembangan masing-masing anak tidak sama.
Oleh karena
itu sebagai guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik yang
meliputi perbedaan individu dalam perkembangan psikomotorik peserta didik
tersebut serta cara membantu perkembangan psikomotorik dan implikasinya
terhadap pendidikan.
A.
Rumusan
Masalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan psikomotorik?
2. Bagaimana
perbedaan individu dalam perkembangan psikomotorik?
3. Bagaimana
cara membantu perkembangan psikomotorik dan impilkasinya terhadap pendidikan?
4. Bagaimana
contoh penerapan teori psikomotorik dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran?
B. Tujuan penulisan :
Setelah membaca teori
perkembangan psikomotorik maka diharapkan :
1. Mampu
memberi definisi mengenai pengertian perkembangan pikomotorik
2. Mampu
mengidentifikasi perbedaan individu dalam perkembangan psikomotorik
3. Mampu
Merumuskan cara membantu perkembangan psikomotorik dan implikasinya terhadap
pendidikan
4. Mampu
merancang Rencana Pelakasaan Pembelajaran yang berhubungan dengan psikomotorik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Psikomotorik
1. Pengertian Perkebangan Psikomotorik
Perkembangan
psikomotorik adalah perkembangan mengontrol garakan-gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi dan otot.
Dimulai
dari gerakan-gerakan kasar yang melibatkan bagian dari tubuh seperti berlari,
melompat, dll. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi halus yang melibatkan
kelompok otot-otot halus dalam fungsi meraih, memegang, dll. Kedua-duanya
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Satoto dalam Nurwidodo, 2010)
Dalam
psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjukan pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya,
demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (pengeluaran cairan atau
getah). Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan
organ-organ fisik.
Proses kodrati dan tahapan tahapan yang
telah ditentukan oleh-Nya Allah SWT berfirman dalam surah al-mukminun ayat 12-14
:
Artinya :
`` Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah ( 12 ) Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim) ( 13 )Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulalang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, pencipta yang paling baik (14” {QS. al-Mukminun (23) : 12-14).
Tafsir
:
Ayat-ayat
di atas menerangkang tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada
keadaan yang lain, yang menujujkkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga
Dia Jalla Wa ‘Alaa daja yang berhak untuk dibadahi.
2. Perbedaan Individu dalam perkembangan
psikomotorik
Setiap
individu pasti memiliki perbedaan antara individu yang satu dengan yang
lainnya, contohnya ada individu yang proses perkembangan dan pematangannya yang
berjalan cepat dan ada pula yang berjalan lambat. Akibat dari perbedaan ini
maka perkembangan psikomotorik setiap individu bebeda-beda, maka perlulah suatu
bimbingan baik di luar lingkup keluarga maupun di dalam lingkup keluarga.
Menurut para ahli psikologi, individu biasanya mengalami dua masa percobaan
atau krisis yang biasanya disebut Trotz. Masa ini terjadi dalam periode :
1.
Periode pertama : Terjadi pada usia 2-3 tahun dengan ciri utama anak menjadi
egois, selalu mendahulukan kepentingan diri sendiri.
2.
Periode kedua : Terjadi pada usia antara 14-17 tahun dengan ciri utama sering
membantah orang tuanya dan cenderung mencari identitas diri.
Proses
perkembangan individu memiliki karakter kecepatan yang bervariasi. Dengan kata
lain ada individu yang memiliki tingkat perkembangan cepat, sedang, dan lambat.
Tingkat proses perkembangan individu tersebut diakibatkan oleh adanya
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sifat-sifat anak trotz ini adlah
meraja-raja, egosentris, keras kepala, pembangkang dan sebagainya. Hal itu
mereka lakukan dengan tujuan memperoleh kebebasan dan perhatian.
3.
Merumuskan
Cara Membantu Perkembangan Psikomotorik dan Implikasinya bagi Pendidkan.
Menurut fuji Lestari, karakteristik
perkembangan psikomotorik serta implikasinya bagi pendidikan dibagi menjadi
tiga massa, yaitu :
1.
Massa Anak-Anak
Ketika anak-anak sekolah mengahadapi dunia
sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan
perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tentangan-tantangan ini. Anak belajar
berbuat terhadap lingkungannya sebelum intelegensi dasar dimiliki anak tersebut
kelak. Pada tahap ini anak-anak belajar secara praktis dengan
keterampilan-keterampilan perseptual, motorik, kognitif dan kemampuan bahasa
yang mereka miliki, anak-anak pada tahap ini beralih ke dunia sosial yang lebih
luas.
Bagi Erikson, massa usia 3 sampai 6 tahun,
ini adalah fase bermain. Dalam fase inilah anak-anak belajar berfantasi,
belajar menertawakan diri, mulai belajar bahwa ada pribadi lain selain dirinya.
Pada fase ini terletak fondasi anak untuk menjadi kreatif yang akan menjadi
sangat penting pada fase berikutnya.
2.
Massa Remaja
Periode ini individu atau anak berpikir
intuisif atau berpikir mengandalkan ilham, anak-anak berimajinasi memperoleh
pemikirin dan kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran dan idenya
dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Pada tahap ini
remaja atau individu dihadapkan pada temuan siapa mereka? Bagaimana mereja
nantinya? Kemana tujuan mereka?
Menuju dalam kehidupannya => penjajakan
pilihan-pilihan alternatif terhadap peran karir merupakan hal penting. Pada
tahap ini remaja memiliki kemampuan mengkoordinasi baik secara serentak atau
berurutan 2 ragam kognitif.
a.
Kapasitas menggunakan hipotesis.
b. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstark, logis dan idealistik (berpikir tentang pemikiran itu sendiri).
3.
Massa Dewasa
E.B Hurlock (1986) mengemukakan bahwa
penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (Healty Personality)
ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
a.
Mampu menilai diri secara realitak.
b.
Mampu menilai situasi seacar realistik.
c.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.
d.
Menerima tanggung jawab.
e.
Kemandirian (autonomi).
f.
Dapat mengotrol emosi.
g.
Berorientasi tujuan.
h.
Berorientasi keluar.
i.
Penerimaan sosial.
j.
Memiliki filsafat hidup.
4.
Contoh
Penerapan Teori Psikomotorik dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMPN 1
CIGOMBONG
Mata pelajaran :
IPA
Kelas / Semester :
VIII / 2
Peminatan :
Fadhli Alfariqi
Materi
Pokok :
Getaran
Pertemuan ke :
1 dan 2
Alokasi Waktu :
1 jam
Tujuan Pembelajaran :
I. KOGNITIF
1.
Siswa mampu memberi definisi mengenai getaran (C1)
Alasan : karena menurut teori pieget di buku psikologi pendidikan
karya Jeanne Ellis Ormrod halaman 43-47, di umur 14 tahun siswa sudah
masuk ke dalam tahap oprasional formal yang berarti siswa sudah mampu
memikirkan dan memahami konsep suatu materi karena itu dalam tujuan diranah
kognitif ini mengguanakan kata “definisi” agar siswa bisa lebih mengerti dan
memanahi terlebih dahulu mengenai materi yang akan dipelajari.
2.
Siswa mampu memberikan contoh tentang getaran dalam kehidupan
sehari – hari (C2)
Alasan : karena menurut teori pieget di buku psikologi pendidikan
karya Jeanne Ellis Ormrod halaman 43-47, di umur 14 tahun siswa sudah
masuk ke dalam tahap oprasional formal yang berarti siswa sudah mampu
memecahkan masalah menggunakan metode ilmiah dengan katagori jenis perilaku
penerapan dengan kemampuan internal oleh karena itu dalam tujuan ini
menggunakan kata “memberikan contoh”
3.
Siswa mampu membandingkan periode dan frekuensi dalam suatu
getaran (C4)
Alasan : menggunakan kata “membandingkan” karena di umur 14 tahun
siswa termasuk tahap oprasional formal di buku psikologi pendidikan karya Ellis
Ormrod halaman 43-47. Dan sesuai teori pieget siswa sudah mampu mengenali
kesimpulan yang logis oleh karena itu siswa mampu membandingkan periode dan
frekuensi dalam suatu getaran dari kesimpulan materi yang ia pelajari.
4.
Siswa mampu memperhitungkan contoh soal yang berkaitan dengan
materi getaran (C6).
Alasan : karena menurut teori pieget di buku psikologi pendidikan
karya Jeanne Ellis Ormrod halaman 43-47, di umur 14 tahun siswa sudah
masuk ke dalam tahap oprasional formal dan kemapuan matematika siswa pada tahap
oprasional formal mulai berkembang yang berarti siswa sudah mampu memisahkan
dan mengotrol variable dalam penalaran matematika, oleh karena itu dalam tujuan
pembelajaran yang berkenaan dengan kognitif mengambil kata-kata
“memperhitungkan” .
II. AFEKTIF
1. Siswa mampu menggabungkan diri dan bekerja sama dengan kelompoknya dalam kegiatan praktikum dengan materi getaran.
Alasan : karena pada usia 14 tahun siswa termasuk ke dalam fase Identity Vs Role Confusion / Identitas dimana pada fase siswa menuju kematang fisik dan mental dan mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya.Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain, ia berpikir pula apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Oleh karena itu dalam ranah afektif ini digunakan kata menggabungkan diri agar siswa terbiasa bersosialisasi satu dengan yang lain.
2. Siswa mampu menyatakan pendapat yang sesuai dengan materi getaran ketika kegiatan pembelajaran
Alasan : menggunakan kata menyatakan pendapat karena pada masa ini remaja harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya sehingga menunjukan kontinuitas dengan masa lalu dan sikap menghadapi masa datang.
II. AFEKTIF
1. Siswa mampu menggabungkan diri dan bekerja sama dengan kelompoknya dalam kegiatan praktikum dengan materi getaran.
Alasan : karena pada usia 14 tahun siswa termasuk ke dalam fase Identity Vs Role Confusion / Identitas dimana pada fase siswa menuju kematang fisik dan mental dan mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya.Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain, ia berpikir pula apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Oleh karena itu dalam ranah afektif ini digunakan kata menggabungkan diri agar siswa terbiasa bersosialisasi satu dengan yang lain.
2. Siswa mampu menyatakan pendapat yang sesuai dengan materi getaran ketika kegiatan pembelajaran
Alasan : menggunakan kata menyatakan pendapat karena pada masa ini remaja harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya sehingga menunjukan kontinuitas dengan masa lalu dan sikap menghadapi masa datang.
II. PSIKOMOTORIK
Alasan : menggunakan kata “mempersiapkan” karena pada perkembangan
psikomotorik siswa perlu disadari oleh kesiapan untuk mencapai perkembangan.
Dan menurut fuji lestari perkembangan psikomotorik pada masa remaja berkaiatan
dengan imajinasi, mengkoordinasi pemikiran dan ide dengan peristiwa tertentu
oleh karena itu dalam tujuan diranah psikomotorik siswa diminta untuk
mempersiapkan alat peraga praktikum berupa bandul yang bermaksud agar mengasah
skill dan pemikiran lewat praktikum.
Alasan : Menurut (Piaget & Vigotsky) anak adalah lone
scientist yaitu anak akan berkembang apabila dibiarkan bereksperimen sendiri
atau memanipulasi benda secara langsung, dan sesuai dengan teori pieget siswa
di umur 14 tahun (tahap oprasional formal) sudah mampu menguji hipotesis oleh
karena itu dalam ranah psikomotorik menggunakan kata “menunjukkan”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa :
1. Perkembangan Psikomotorik adalah Perkembangan
psikomotorik adalah perkembangan mengontrol garakan-gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi dan otot.
2.
Perkembangan psikomotorik setiap
individu bebeda-beda, maka perlulah suatu bimbingan baik di luar lingkup
keluarga maupun di dalam lingkup keluarga.
3. Menurut fuji Lestari, karakteristik
perkembangan psikomotorik serta implikasinya bagi pendidikan dibagi menjadi
tiga massa, yaitu massa anak-anak, massa remaja, dan massa dewasa.
B. Kritik
dan Saran
Penyusun
menyadari bahwa dalam blogini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penyusuanan blog
ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Rachman. 1993. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya
Syah,
Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
http://rukoyah73.files.wordpress.com/2013/05/psikomotor.jpg
http://4.bp.blogspot.com/mlnHT9hmrOc/UQFEAzScFUI/AAAAAAAAADI/xYWYV-SuKlBw/s1600/teman-egois.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmGuxwa6I0guMFYK_CU9IpCYcAwwjfv5DI-gAypSAszdTG1ILqG4zMxBgntwLXG__DJK1fQBmV9LOAUAZ_6-0JXCz9eGKnOvLtZQpPZF2mjzneJKKCHMb1g8HRBIBbTJAsJzrjtwwmn9J-/s1600/1+%25281%2529.jpg
https://lh5.googleusercontent.com/-4yq1TGC61dc/TfUHjemOP5I/AAAAAAAAAk0/XSu2qV3lse8/s800/inx9iahl.jpg
http://quran.com/23
http://quran.com/23