PSIKOLOGI KOGNITIF
Nama : Ulfah
khoeriyah
Prodi
Pendidikan Fisika Semester 2
Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini psikologi kognitif menjadi hal yang sangat penting untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta didik karena peserta didik tidak
pernah lepas dari belajar dan peserta
didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran,
sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik
dalam sekolah. Arti kognitif sendiri yaitu perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan
sedangakan psikologi kognitif yaitu ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia,
psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi terhadap proses-proses
yang melandasi dinamika mental.
Kehidupan mental atau psikis
mencakup gejala-gejala kognitif, efektif, konatif sampai pada taraf psikomotis,
baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Gejala-gejala mental-psikis ini dapat dibedakan dengan yang lain dan dijadikan
objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara
total yang satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak
hanya menggali dasar-dasar dari gejala yang khas kognitif, tetapi juga meninjau
aspek kognitif dalam gejala mental yang lain.
Siswa disekolah berperasaan sambil
belajar dan berkehendak serta bermotivasi sambil belajar, dapat diselidiki
dengan cara bagaimana berfikir dalam berbagai wujudnya ikut mengambil bagian
dalam berperasaan dan berkehendak. Namun, dalam bagian ini tekanan diberikan
pada analisis tentang cara berfikir itu sendiri karena perilaku internal inilah
yang paling mendasar dalam belajar di sekolah, oleh karena itu penulis
menangakat sebuah judul “Psikologi Kognitif” agar guru dan orang tua dapat
melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan psikologi kognitif
masing-masing anak dan dapat mengetahui hubungan psikologi kognitif dengan
aspek mental yang lain.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
hubungan psikologi kognitif dengan teori belajar yang lain?
2.
Bagiaman
hasil pembelajaran dengan sisiwa relawan?
3.
Bagaimana
pengaplikasian teori psikomotorik dalam makalah ini?
4.
Apa
karakter yang dapat terbentuk dari pembuatan makalah ini?
5.
Bagaimana
cara mengatasi jenuh dalam belajar?
C.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
identifikasi masalah pada makalah Psikologi Kognitif adalah “Bagaimana hubungan
psikologi kognitif dengan teori belajar yang lain?”
D.
Tujuan
penulisan
Sesudah membaca
makalah ini maka diharapkan:
1. Mampu
menmberi definisi mengenai psikologi kognitif, perkembangan kognitif, dan teori
belajar kognitif. (C1)
2. Mampu
menerapkan perkembangan psikolog kognitif pada siswa yang sesuai dengan
perkembangannya.
3. Mampu
melaksanakan teori pekembangan psikologi kognitif dalam pembelajaran yang
sesuai dengan tahap-tahap pada peserta didik (P4)
4. Mampu
menyusun RPP yang sesuai dengan teori psikologi kognitif. Dengan menghubungkan
dengan menghubungkan psikologi kognitif dengan perkembangan psikomotorik,
perkembangan konsep diri dan emosi, perkembangan nilai, moral, dan sikap,
perkembangan kreativitas, teori bakat Multiple Itelegent, dan cara mengatasi
lupa dan jenuh dalam belajar. (P4)
E.
Manfaat
Penulisan.
Melalui makalah ini diharapkan agar pembaca lebih memahami
psikologi kognitif dan makalah ini bisa menjadi sumber ilmu yang bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikologi Kognitif
sumber: http://www.msra.org.au/early-treatment-interferon-beta-preserve-cognition-1
Penjelasan gambar : Gambar di atas menjelaskan bahwa ranah
kognitif mencakup semua kegiatan mental (otak).
Secara etimologi psikologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar
prosesnya maupun latar belakangnya. Adapun Istilah cognitive berasal
dari kata cognition, yang berarti knowing atau
mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaan
pengetahuan. Secara sederhana, dapat dipahami bahwa kemampuan kognitif adalah
kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih kompleks, serta kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah psikologis manusia
meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pengolahan
informasi, pemecahan masalah dan keyakinan.
Psikologi kognitif adalah ilmu yang menyelidiki
pola pikir manusia, psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi
terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental. Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses
mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar.
Perkembangan
kognitif adalah perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi.
Perkembangan intelegensi berlangsung sangat cepat sampai masa remaja. Setelah
itu cederung stagnan atau berangsur menurun kepesatannya. Puncak perkembangan kognitif
manusia pada umumnya tercapai di penghujung masa remaja akhir.
A.
Tokoh Dalam Psikologi kognitif
1.
Jean Piaget
2.
David Ausubel
3.
Jerome Bruner
4.
Mex Wertheimenr
5.
Kohler
6.
Kurt Lewin
B.
Teori Pokok
Sumber : http://wieztha.blogspot.com/2012/02/pengukuran-ranah-kognitif.html
Penjelasan gamabar : Gambar di atas
menjelaskan enam aspek atau jenjang proses berfikir menurut Bloom.
Menurut Neisser (1967) seluruh fenomena psikologi adalah fenomena
kognitif yang mencakup keseluruhan proses kognitif dari sensasi ke persepsi,
penggenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep, berpikir,
imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut
berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) dan bersilangan dengan
bidang bidang perilaku. Dan dalam psikologi kognitif terdapat berbagai macam
teori belajar kognitif yaitu:
1.
Teori Psikologi Kognitif
a.
Teori
Belajar Cognitive Developmental Dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang
bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari
konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena
penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur
yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan
kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak
ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif.
Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia
akan berbeda pula secara kualitatif. Jean piaget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitu:
Tahap –tahap
|
Karakter
|
Pra Sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun)
|
Mampu merepresentasikan dan
memikirkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam kerangka entitas-entitas
mental internal, atau symbol.
Kesulitan
memahami kalimat-kalimat kompleks
Ketergantungan
berlebih pada urutan kata dan konteks.
Peningkatan
kemampan menceritakan suatu cerita juga
mulai mengembangkan pemahaman mengenai hubungan sebab-akibat (cause and
effect relationships).
|
Tahap
Praoperasional (usia 2 hingga 6 atau 7 tahun)
|
keterampilan bahasa anak akan
berkembang pesat.
menunjukkan egosentrisme
praoperasional yakni ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang
lain.
Tanda-tanda awal pemikiran logis
yang menyerupai pemikiran orang dewasa.
belum mampu menjelaskan mengapa
kesimpulan mereka benar.
|
Tahap
Operasional Konkret (usia 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)
|
Berpikir lebih logis daripada
sebelumnya.
Mampu melakukan penalaran deduktif
Mulai munculnya sikap sosial
|
Tahap Operasional Formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa)
|
mampu memikirkan dan memahami konsep suatu materi.
mampu memecahkan masalah menggunakan penalaran ilmiah dengan
katagori jenis perilaku penerapan dengan kemampuan internal.
mengenali kesimpulan yang logis.
kemapuan matematika pada mulai berkembang
mampu memisahkan dan mengotrol variable dalam penalaran
matematika
|
b.
Jerome
Bruner Dengan Discovery Learningnya
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam
tiga cara atau bentuk, yaitu enactive, iconic dan simbolic.
1. Pengetahuan
enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan
pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin
paham bagaimana cara melakukan lompat tali (‘melakukan’ kecakapan tersebut),
namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam
kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran.
2.
Pembelajaran
ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran, dalam bentuk ini,
anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak
mereka. Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon
mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk
menjelaskan dalam kata-kata.
3.
Pembelajaran
simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi
pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan
fisik dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan
yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan
operasional formal dalam proses berpikir dalam teori Piaget.
c.
Teori Belajar Bermakna Ausubel.
Psikologi
pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum
belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Menurut Ausubel ada dua jenis belajar yaitu:
1. Belajar bermakna (meaningful learning) yaitu suatu
proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
2. Belajar menghafal (rote learning) yaitu siswa
berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca
tanpa makna.
d.
Mex
Wertheimenr
Psikologi mulai berkembang dengan
lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar pisiologi Gestalt adalah Mex
Wertheimenr tahun1880-1943 yang meneliti tentang pengamatan
dalam problem solving.
Dari pengamatannya ia sangat
menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah dan menghendaki agar murid
belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis (Riyanto, 2002).
Gestalt dalam bahasa Jerman, berarti
“Whole Configuration” atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan, dan
keseluruhan lebih dari bagian-bagian. Dalam belajar, siswa harus mampu
menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian Yanng
lainnya. Pemaknaan makna dari hubungan inilah yang disebut memahami, mengerti
atau insight. Menurut pandangan Gestalt, semua kegiatan belajar
menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Suatu
konsep yang terpenting dalam teori Gestalt adalah tentang pengamatan dan
pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu
situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt guru
tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi
selalu satu kesatuan yang utuh.Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau
bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha menemukan
hubungan antar bagian.
Menurut teori Gestalt ini pengamatan
manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat, karena
itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian berproses kepada
bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi
arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga.
e.
Kohler
Teori yang disampaikan oleh kohler
berdasarkan pada penelitiannya pada seekor monyetnya di pulau Cannary yang
dikembangkan dari teori Gestalt. Kohler menyatakan bahwa belajar adalah proses
yang didasarkan pada insight.
f.
Kurt
Lewin
Kurt
Lewin, mengembangkan suatu teori belajar Conitive-Field dengan menaruh
perhatian kepada kepribadian dan pisikologi sosial. Menurut Lewin, belajar
berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin
berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik
yang berasal dari individu seperti tujuan, kebutuhan tekanan kejiwaan maupun
yang berasal dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan.
A.
Kelebihan
dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif lebih
memetingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Yang berbeda dari teori
belajar kognitif ini adalah bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Adapun Kelebihan teori Kognitif adalah sebagai
berikut:
1. Dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving).
2.
Dapat
meningkatkan motivasi.
Sedangkan Kekurangan teori kognitif
adalah sebagai berikut :
1. Untuk
teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur
hanya dengan satu orang siswa saja, maksudnya kemampuan siswa harus
diperhatikan. Apabila kita menekankan pada keaktifan siswa, dan tidak dapat
dipungkiri ada saja siswa yang tidak aktif dalam menanggapi suatu pelajaran,
otomatis pembelajaran ini tidak akan berhasil secara menyeluruh.
2. Konsekuansinya
terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus
mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari.
B.
Analisis
Teori
Berdasarkan
Teori Psikologi kognitif yang telah diuraikan diatas penulis setuju dengan
teori pembelajaran kognitif karena dalam psikologi kognitif siswa dapat secara
langsung mempelajari perkembangan psikologi yang lain baik perkembangan
psikomotorik, perkembangan konsep diri dan emosi, perkembangan nilai dan moral,
perkembangan kreativitas, cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar, dan
teori bakan Multiplle intelligence yang dapat di aplikasikan dalam latihan
membuat RPP. Sebagaimana menurut Neisser (1967) bahwa seluruh fenomena psikologi
adalah fenomena kognitif yang mencakup keseluruhan proses kognitif dari sensasi
ke persepsi, penggenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi
konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana
keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia)
dan bersilangan dengan bidang bidang perilaku. Dan dalam psikologi kognitif
terdapat berbagai macam teori belajar kognitif yang disampaikan oleh tokoh
tokoh psikologi kognitif yang sudah diuraikan di atas. Dalam hal ini penulis
sependapat dengan teori belajar cognitive development dari piaget, karena
melalui tahp-tahap yang dikelompokkan berdasarkan usia lebih memudahkan
mengetahui karakter siswa dan member kemudahan untuk merumuskan pembelajaran
yang sesuai.
C.
Ayat
yang berkenaan dengan “ Psikologi Kognitif ”
Dalam alqu’an
banyak ayat yang menjelaskan agar manusia menggunakan akal dan fikirannya yang
termasuk ke dalam psikologi kognitif
salah satunya dalam surat Thah ayat 54
Allah berfirman:
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya : Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya
(hukum-hukum-Nya) supaya kamu mau menggunakan akal.(QS Al Baqoroh: 242)
Ayat ini sangat berhubungan dengan
proses kognitif karena dalam ayat ini menjelaskan bahwa manusia harus
menggunakan akalnya agar dapat mengambil pelajaran darinya. Dan memandang dengan pandangan yang disertai pemngambilan
pembelajaran serta agar dapat mengamalkannya.
Latihan Menulis RPP :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
1.
IDENTITAS MATA PELAJARAN
a.
Mata Pelajaran : Fisika
b.
Kelas
: IX (Sembilan)
c.
Semester : I (ganjil)
d.
Alokasi Waktu : 2 x 1 JP
2.
KOMPETENSI INTI
KI 1 :
Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya.
KI
2 : Mengembangkan perilaku (jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong,
kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
3.
KOMPETENSI DASAR
1.1 Menghubungkan konsep getaran dalam
pembelajaran.
4. INDIKATOR
· Menghubungkan rumus periode dan frekuensi getaran pada
latihan soal.
· Menghubungakn contoh getaran
dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konspe ayunan sederhana
· Menghubungkan nilai amplitudo
dengan menggunakan bandul sebagi media pembelaran.
·
Menghubungkan periode dan frekuensi
dalam suatu getaran
5. TUJUAN
PEMBELAJARAN.
I. KOGNITIF
1.
Siswa mampu menunjukan amplitudo
getaran dan satu getaran penuh pada bandul (C6).
Alasan : karena berdasarkan
perkembangan kognitif siswa berumur 14 tahun termasuk tahap oprasioanl formal
dimana siswa sudah mampu memecahkan masalah menggunakan penalaran ilmiah dan
sudah mampu menguji hipotesis, contohnya siswa akan diberikan sebuah bandul dan
diminta memecahkan masalah mengenai manakah yang disebut amplitudo dan satu
getaran penuh pada bandul dan tujuan
ini berhubungan dengan Perkembangan Psikomotorik karena Menurut (Piaget &
Vigotsky) anak adalah lone scientist yaitu anak akan berkembang apabila
dibiarkan bereksperimen sendiri atau memanipulasi benda secara langsung.
2.
Siswa
mampu membuat skema mengenai materi getaran.
Alasan: Tujuan ini berhubungan dengan
perkembangan kognitif dimana pada tahap siswa sudah mampu membuat skema
dalam pembelajaran getaran akan memudahkan siswa mengingat materi apa saja yang
dipelajari dalam getaran. Selain itu menurut Bruner meyakini bahwa pembelajaran
tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu enactive, iconic dan simbolic.
Dalam hal ini siswa relawan diminta untuk membuat skema yang termasuk ke dalam
pemebajaran iconic. Dan menurut piaget anak usia 14 tahun termasuk ke dalam
tahap oprasioanl formal dimana dalam tahap ini siswa sudah mampu mampu memikirkan dan memahami
konsep suatu materi.
3.
Siswa mampu memberi definisi
mengenai getaran (C1)
Alasan : menurut pieget diumur 14
tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal dimana siswa sudah
mampu memikirkan dan memahami konsep suatu materi karena itu dalam tujuan
diranah kognitif ini mengguanakan kata “definisi” agar siswa bisa lebih
mengerti dan memanahi terlebih dahulu mengenai materi yang akan dipelajari. Dan
tujuan ini berhubungan dengan perkembangan konsep diri dan emosi
karena dengan memberikan definisi mengenai getaran siswa diminta untuk menyatakan pendapat yang akan membentuk konsep diri
yang baik untuk keberanian menyampaikan pendapat dan karena pada masa ini
remaja harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya
sehingga menunjukan kontinuitas dengan masa lalu dan sikap menghadapi masa
datang.
4.
Siswa mampu memperhitungkan contoh
soal yang berkaitan dengan materi getaran (C6).
Alasan : karena menurut teori
pieget di buku psikologi pendidikan karya Jeanne Ellis Ormrod halaman
43-47, di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal
dan kemapuan matematika siswa pada tahap oprasional formal mulai berkembang
yang berarti siswa sudah mampu memisahkan dan mengotrol variable dalam
penalaran matematika, dan siswa sudah mampu menarik kesimpulan dari suatu
materi. Oleh karena itu dalam tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan
kognitif mengambil kata-kata “memperhitungkan”. Tujuan kognitif ini berhubungan
dengan perkembangan nilai, sikap dan moral serta karakter yang dapat tercipta
dari pembejaran ini karena Menurut Gerald Corey salah satu karakter remaja yang sangat
menonjol berkaitan dengan nilai, bahwa remaja sudah bisa mencari jalannya
sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang lebih matang
yang berarti siswa sudah mampu menngerjakan latihan soal tersebut secara
mandiri. Dan Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang
untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Saat siswa diberikan
lathan soal sikap siswa yang positif terhadap hal tersebut merupakan langkah
awal yang baik dalam proses belajar mengajar dan dalam pembelajaran dengan
diberikannya contoh/ latihan soal mengenai getaran, maka akan terbentuk
karakter sungguh-sungguh pada siswa dan sikap positif saat diberikan latihan
soal sudah mencerminkan bahwa siswa mempunyai nilai, sikap dan moral yang baik.
5. Siswa
mampu memberikan contoh tentang getaran dalam kehidupan sehari – hari (C2)
Alasan : Menurut Bruner
menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.
Kreativitas atau berfikir kreatif sendiri yaitu dengan penggunaan berbagai
potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian
rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan
bermanfaat. deskripsi kreativitas di atas menekankan pada aspek kognitif
yang sering diasosiasikan dengan intelegensi atau kecerdasan. Keterkaitan
antara kreativitas dan kognitif diindasikan dari pernyataan McGregor (2007)
bahwa kreativitas merupakan produk kognitif. Pernyataan ini mengindikasikan
bahwa kreativitas mempersyaratkan kognitif dan dengan membrikan contoh
tentang getaran dalam kehidupan sehari – hari
dalam pembelajaran fisika, siswa akan lebih kreatif contohnya dengan memikirkan
konsep mengenai ayunan sederhana, dimana sering terlihat sebuah getaran terjadi
pada batu yang diikat dengan tali dan diayunkan siswa menanggapi suatu hal dan
akan mengasah kreativitasnya jadi dapat disimplukan bahwa Tujuan ini berhungan dengan perkembangan kreativitas.
6.
Siswa mampu membandingkan
periode dan frekuensi dalam suatu getaran (C4)
Alasan : menggunakan kata “membandingkan” karena di umur 14 tahun
siswa termasuk tahap oprasional formal di buku psikologi pendidikan karya Ellis
Ormrod halaman 43-47. Dan sesuai teori pieget siswa sudah mampu mengenali
kesimpulan yang logis oleh karena itu siswa mampu membandingkan periode dan
frekuensi dalam suatu getaran dari kesimpulan materi yang ia pelajari. Tujuan
kognitif ini berhubungan dengan cara mengatasi lupa dan jenuh dan pemberian
motivasi
karena dalam pelaksanaan pembelajaran dengan siswa relawan tidak
sepenuhnya siswa dapat mengingat materi yang telah dipelajari yang telah
disesuaikan dengan perkembangan kognitifnya tetapi terdapat kendala-kendala
seperti saat siswa lupa materi mengenai perbedaan antara periode dan frekuensi dalam
suatu getaran padahal materi tersebut sudah dipelajari dan sering diulas dalam
pembahasan pembelajaran dan kejenuhan
karena terlalu penuh dan padat rentang waktu
yang dipakai belajar. Untuk mengatasi hal tesebut pendidik menggunakan cara
mengatasi lupa yaitu dengan pengelompokkan (clustering) atau menata ulang
item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil dalam pembahasan mengenai
frekuensi dan periode dalam suatu getaran. Setelah cara tersebut dilakukan
ternyata siswa dapat lebih mengingat perbedaan antaran frekuensi dan periode
dalam suatu getaran dan mampu membandingkan antara periode dan frekuensi dalam
satu getaran. Dan untuk mengatasi kejenuhan saat belajar pendidik menggunakan
cara pemberian stimulasi baru dan motivasi agar siswa terdorong untuk belajar
lebih giat dari pada sebelumnya contohnya dengan memberikan hadiah jika siswa
mendapatkan nilai ulangan diatas 80. Dan memberikan motivasi dengan ayat
al-qura’an contohnya dengan ayat dalam al-qur’an surat al-imran ayat 139
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ
الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: janganlah
kamu merasa lemah dan jangalah kamu berdukacita padahal kamulah orang-orang
yang tertinggi jika kamu orang-orang yang beriman.
Maksud memberikan
motivasi lewat ayat ini yaitu agar siswa tetap bersemangat dalam menghadapi
segala tantangan yang ada dalam proses pembelajaran termasuk melawan rasa jenuh
dalam pembelajaran.
7. Siswa mampu membuktikan rumus
periode dalam pengaplikasian dalam soal latihan.
Alasan : Tujuan
ini berhubungan dengan multiple intelligence.
Dimana Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan
matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual
spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Dalam hal ini siswa relawan mempunyai
Kecerdasan matematika-logika yaitu kemampuan seseorang dalam berpikir secara
induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan
menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi
cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat
terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun
hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang
dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung
dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila
kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari
jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Hal ini sesuai dengan dengan
perkembangan kognitif anak di umur 14 tahun sudah mampu mampu memikirkan dan
memahami konsep suatu materi, mengenali kesimpulan yang logis, kemapuan
matematika pada mulai berkembang, dan mampu memisahkan dan mengotrol variable
dalam penalaran matematika.
II. AFEKTIF
1.
Siswa mampu menggabungkan diri dan
bekerja sama dengan kelompoknya dalam kegiatan praktikum dengan materi getaran.
Alasan
: karena pada usia 14 tahun siswa termasuk ke dalam fase Identity Vs Role
Confusion / Identitas dimana pada fase siswa menuju kematang fisik dan mental
dan mempunyai perasaan-perasaan dan
keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya. Ia mulai
dapat berpikir tentang pikiran orang lain, ia berpikir pula apa yang dipikirkan
orang lain tentang dirinya. Oleh karena itu dalam ranah afektif ini digunakan
kata menggabungkan diri agar siswa terbiasa bersosialisasi satu dengan yang
lain.
II.
PSIKOMOTORIK
1.
Siswa mampu mempersiapkan alat
peraga praktikum berupa bandul yang sesuai dengan media pembelajaran (P1)
Alasan : menggunakan kata
“mempersiapkan” karena pada perkembangan psikomotorik siswa perlu disadari oleh
kesiapan untuk mencapai perkembangan. Dan menurut fuji lestari perkembangan
psikomotorik pada masa remaja berkaiatan dengan imajinasi, mengkoordinasi
pemikiran dan ide dengan peristiwa tertentu oleh karena itu dalam tujuan
diranah psikomotorik siswa diminta untuk mempersiapkan alat peraga praktikum
berupa bandul yang bermaksud agar mengasah skill dan pemikiran lewat praktikum.
6.
METODE
PEMBELAJARAN
·
Ceramah
·
Tanya
jawab
·
Diskusi
·
Penugasan
7. EVALUASI
Dalam teori kognitif yang diterapkan
pada siswa realwan dan setelah pemebalajaran terlaksana terdapat kelebihan dan
kekeurang yang terjadi selama proses belajar mengajar maupun hasil yang divapai
siswa, untuk itu dalam hal ini perlu adanya evaluasi yang bertujuan untuk
mengetahui metode pembelajara yang digunakan, hasil yang diperoleh sudah
terlaksana sesuai dengan tujuan atau belum. Dalam evaluasi ada beberapa jenis
evaluasi yang bisa digunakan daintaranya Evaluasi selektif, Evaluasi
diagnostic, Evaluasi sebagai penempatan, Evaluasi sebagai pengukuran
keberhasilan, dan Evaluasi formatif.
Dalam evaluasi pembelajaran kali ini
menggunakan evaluasi jenis formatif dan evaluasi sebagai pengukuran
keberhasilan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program itu
terlaksana dan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Purwanto,
Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Reed, Stephen
K. 2011. Kognisi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Samosir. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan
Praktek. Jakarta: PT.Indeks.
Solso, Robert L dkk. 2007. Psikologi Kognitif.
Jakarta: Erlangga
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru . Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Walgito, Bimo.
2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C. V ANDI OFFSET