Jumat, 27 Juni 2014

Latihan Menulis RPP

PSIKOLOGI KOGNITIF
Nama : Ulfah khoeriyah
Prodi Pendidikan Fisika Semester 2
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini psikologi kognitif menjadi hal yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta didik karena peserta didik tidak pernah lepas dari belajar  dan peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah. Arti kognitif sendiri yaitu perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan sedangakan psikologi kognitif yaitu ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia, psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental.
Kehidupan mental atau psikis mencakup gejala-gejala kognitif, efektif, konatif sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Gejala-gejala mental-psikis ini dapat dibedakan dengan yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar-dasar dari gejala yang khas kognitif, tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain.
Siswa disekolah berperasaan sambil belajar dan berkehendak serta bermotivasi sambil belajar, dapat diselidiki dengan cara bagaimana berfikir dalam berbagai wujudnya ikut mengambil bagian dalam berperasaan dan berkehendak. Namun, dalam bagian ini tekanan diberikan pada analisis tentang cara berfikir itu sendiri karena perilaku internal inilah yang paling mendasar dalam belajar di sekolah, oleh karena itu penulis menangakat sebuah judul “Psikologi Kognitif” agar guru dan orang tua dapat melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan psikologi kognitif masing-masing anak dan dapat mengetahui hubungan psikologi kognitif dengan aspek mental yang lain. 

B.   Rumusan Masalah
1.     Bagaimana hubungan psikologi kognitif dengan teori belajar yang lain?
2.     Bagiaman hasil pembelajaran dengan sisiwa relawan?
3.     Bagaimana pengaplikasian teori psikomotorik dalam makalah ini?
4.     Apa karakter yang dapat terbentuk dari pembuatan makalah ini?
5.     Bagaimana cara mengatasi jenuh dalam belajar?

C.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka identifikasi masalah pada makalah Psikologi Kognitif adalah “Bagaimana hubungan psikologi kognitif dengan teori belajar yang lain?”

D.   Tujuan penulisan
Sesudah membaca makalah ini maka diharapkan:
1. Mampu menmberi definisi mengenai psikologi kognitif, perkembangan kognitif, dan teori belajar kognitif. (C1)
2. Mampu menerapkan perkembangan psikolog kognitif pada siswa yang sesuai dengan perkembangannya.
3. Mampu melaksanakan teori pekembangan psikologi kognitif dalam pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap pada peserta didik (P4)
4.  Mampu menyusun RPP yang sesuai dengan teori psikologi kognitif. Dengan menghubungkan dengan menghubungkan psikologi kognitif dengan perkembangan psikomotorik, perkembangan konsep diri dan emosi, perkembangan nilai, moral, dan sikap, perkembangan kreativitas, teori bakat Multiple Itelegent, dan cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar. (P4)

E.    Manfaat Penulisan.
Melalui makalah ini diharapkan agar pembaca lebih memahami psikologi kognitif dan makalah ini bisa menjadi sumber ilmu yang bermanfaat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Psikologi Kognitif



sumber: http://www.msra.org.au/early-treatment-interferon-beta-preserve-cognition-1

Penjelasan gambar : Gambar di atas menjelaskan bahwa ranah kognitif mencakup semua kegiatan mental (otak).

Secara etimologi psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar prosesnya maupun latar belakangnya. Adapun Istilah cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan. Secara sederhana, dapat dipahami bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer  sebagai salah satu ranah psikologis manusia meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pengolahan informasi, pemecahan masalah dan keyakinan.
Psikologi kognitif adalah ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia, psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental. Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar.
Perkembangan kognitif adalah perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi. Perkembangan intelegensi berlangsung sangat cepat sampai masa remaja. Setelah itu cederung stagnan atau berangsur menurun kepesatannya. Puncak perkembangan kognitif manusia pada umumnya tercapai di penghujung masa remaja akhir.

A.   Tokoh Dalam Psikologi kognitif
1.     Jean Piaget
2.     David Ausubel
3.     Jerome Bruner
4.     Mex Wertheimenr
5.     Kohler
6.     Kurt Lewin


B.   Teori Pokok


Sumber : http://wieztha.blogspot.com/2012/02/pengukuran-ranah-kognitif.html

Penjelasan gamabar : Gambar di atas menjelaskan enam aspek atau jenjang proses berfikir menurut Bloom.

Menurut Neisser (1967) seluruh fenomena psikologi adalah fenomena kognitif yang mencakup keseluruhan proses kognitif dari sensasi ke persepsi, penggenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) dan bersilangan dengan bidang bidang perilaku. Dan dalam psikologi kognitif terdapat berbagai macam teori belajar kognitif yaitu:

1.     Teori Psikologi Kognitif
a.     Teori Belajar Cognitive Developmental Dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Jean piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitu:

Tahap –tahap
Karakter
Pra Sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun)

* Mampu merepresentasikan dan memikirkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam kerangka entitas-entitas mental internal, atau symbol.
* Kesulitan memahami kalimat-kalimat kompleks
* Ketergantungan berlebih pada urutan kata dan konteks.
* Peningkatan kemampan menceritakan suatu cerita juga mulai mengembangkan pemahaman mengenai hubungan sebab-akibat (cause and effect relationships).
Tahap Praoperasional (usia 2 hingga 6 atau 7 tahun)

* keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat.
* menunjukkan egosentrisme praoperasional yakni ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang lain.
* Tanda-tanda awal pemikiran logis yang menyerupai pemikiran orang dewasa.
* belum mampu menjelaskan mengapa kesimpulan mereka benar.
Tahap Operasional Konkret (usia 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)




* Berpikir lebih logis daripada sebelumnya.
* Mampu melakukan penalaran deduktif
* Mulai munculnya sikap sosial
Tahap Operasional Formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa)
* mampu memikirkan dan memahami konsep suatu materi.
* mampu memecahkan masalah menggunakan penalaran ilmiah dengan katagori jenis perilaku penerapan dengan kemampuan internal.
* mengenali kesimpulan yang logis.
* kemapuan matematika pada mulai berkembang
* mampu memisahkan dan mengotrol variable dalam penalaran matematika

b.     Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu enactive, iconic dan simbolic.
1.  Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali (‘melakukan’ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran.
2.     Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran, dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata.
3.     Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses berpikir dalam teori Piaget.

c.      Teori Belajar Bermakna Ausubel.
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Menurut Ausubel ada dua jenis belajar yaitu:
1.  Belajar bermakna (meaningful learning) yaitu suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
2. Belajar menghafal (rote learning) yaitu siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.

d.     Mex Wertheimenr
Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar pisiologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr tahun1880-1943 yang meneliti tentang pengamatan dalam problem solving.
 Dari pengamatannya ia sangat menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis (Riyanto, 2002).
Gestalt dalam bahasa Jerman, berarti “Whole Configuration” atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan lebih dari bagian-bagian. Dalam belajar, siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian Yanng lainnya. Pemaknaan makna dari hubungan inilah yang disebut memahami, mengerti atau insight. Menurut pandangan Gestalt, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Suatu konsep yang terpenting dalam teori Gestalt adalah tentang pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha menemukan hubungan antar bagian.
Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga.

e.         Kohler
Teori yang disampaikan oleh kohler berdasarkan pada penelitiannya pada seekor monyetnya di pulau Cannary yang dikembangkan dari teori Gestalt. Kohler menyatakan bahwa belajar adalah proses yang didasarkan pada insight.

f.       Kurt Lewin
Kurt Lewin, mengembangkan suatu teori belajar Conitive-Field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan pisikologi sosial. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik yang berasal dari individu seperti tujuan, kebutuhan tekanan kejiwaan maupun yang berasal dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan.

A.   Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif lebih memetingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Yang berbeda dari teori belajar kognitif ini adalah bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Adapun Kelebihan teori Kognitif adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving).
2.      Dapat meningkatkan motivasi.
Sedangkan Kekurangan teori kognitif adalah sebagai berikut :
1. Untuk teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat   diukur hanya dengan satu orang siswa saja, maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. Apabila kita menekankan pada keaktifan siswa, dan tidak dapat dipungkiri ada saja siswa yang tidak aktif dalam menanggapi suatu pelajaran, otomatis pembelajaran ini tidak akan berhasil secara menyeluruh.
2.  Konsekuansinya terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari.

B.   Analisis Teori
Berdasarkan Teori Psikologi kognitif yang telah diuraikan diatas penulis setuju dengan teori pembelajaran kognitif karena dalam psikologi kognitif siswa dapat secara langsung mempelajari perkembangan psikologi yang lain baik perkembangan psikomotorik, perkembangan konsep diri dan emosi, perkembangan nilai dan moral, perkembangan kreativitas, cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar, dan teori bakan Multiplle intelligence yang dapat di aplikasikan dalam latihan membuat RPP. Sebagaimana menurut Neisser (1967) bahwa seluruh fenomena psikologi adalah fenomena kognitif yang mencakup keseluruhan proses kognitif dari sensasi ke persepsi, penggenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) dan bersilangan dengan bidang bidang perilaku. Dan dalam psikologi kognitif terdapat berbagai macam teori belajar kognitif yang disampaikan oleh tokoh tokoh psikologi kognitif yang sudah diuraikan di atas. Dalam hal ini penulis sependapat dengan teori belajar cognitive development dari piaget, karena melalui tahp-tahap yang dikelompokkan berdasarkan usia lebih memudahkan mengetahui karakter siswa dan member kemudahan untuk merumuskan pembelajaran yang sesuai.

C.   Ayat yang berkenaan dengan “ Psikologi Kognitif ”
Dalam alqu’an banyak ayat yang menjelaskan agar manusia menggunakan akal dan fikirannya yang termasuk ke dalam psikologi  kognitif salah satunya dalam surat Thah ayat 54
 Allah berfirman:

كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya : Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu mau menggunakan akal.(QS Al Baqoroh: 242)

Ayat ini sangat berhubungan dengan proses kognitif karena dalam ayat ini menjelaskan bahwa manusia harus menggunakan akalnya agar dapat mengambil pelajaran darinya. Dan memandang  dengan pandangan yang disertai pemngambilan pembelajaran serta agar dapat mengamalkannya.

Latihan Menulis RPP :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

1.     IDENTITAS MATA PELAJARAN
a.     Mata Pelajaran       : Fisika
b.     Kelas                    : IX (Sembilan)
c.      Semester               : I (ganjil)
d.     Alokasi Waktu       2 x 1 JP

2.     KOMPETENSI INTI
               KI 1   :   Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya.
          KI 2  : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
      KI 3  : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
         KI 4   : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

3.     KOMPETENSI DASAR
1.1   Menghubungkan konsep getaran dalam pembelajaran.

4.     INDIKATOR
·   Menghubungkan  rumus periode dan frekuensi getaran pada latihan soal.
·  Menghubungakn contoh getaran dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konspe ayunan sederhana
·  Menghubungkan nilai amplitudo dengan menggunakan bandul sebagi media pembelaran.
·        Menghubungkan periode dan frekuensi dalam suatu getaran

5.     TUJUAN PEMBELAJARAN.

 I. KOGNITIF
1.     Siswa mampu menunjukan amplitudo getaran dan satu getaran penuh pada bandul (C6).
Alasan : karena berdasarkan perkembangan kognitif siswa berumur 14 tahun termasuk tahap oprasioanl formal dimana siswa sudah mampu memecahkan masalah menggunakan penalaran ilmiah dan sudah mampu menguji hipotesis, contohnya siswa akan diberikan sebuah bandul dan diminta memecahkan masalah mengenai manakah yang disebut amplitudo dan satu getaran penuh pada bandul dan  tujuan ini berhubungan dengan Perkembangan Psikomotorik karena Menurut (Piaget & Vigotsky) anak adalah lone scientist yaitu anak akan berkembang apabila dibiarkan bereksperimen sendiri atau memanipulasi benda secara langsung. 

2.     Siswa mampu membuat skema mengenai materi getaran.
Alasan: Tujuan ini berhubungan dengan perkembangan kognitif dimana pada tahap siswa sudah mampu membuat skema dalam pembelajaran getaran akan memudahkan siswa mengingat materi apa saja yang dipelajari dalam getaran. Selain itu menurut Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu enactive, iconic dan simbolic. Dalam hal ini siswa relawan diminta untuk membuat skema yang termasuk ke dalam pemebajaran iconic. Dan menurut piaget anak usia 14 tahun termasuk ke dalam tahap oprasioanl formal dimana dalam tahap ini siswa sudah mampu   mampu memikirkan dan memahami konsep suatu materi.

3.  Siswa mampu memberi definisi mengenai getaran (C1)
Alasan : menurut pieget diumur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal dimana siswa sudah mampu memikirkan dan memahami konsep suatu materi karena itu dalam tujuan diranah kognitif ini mengguanakan kata “definisi” agar siswa bisa lebih mengerti dan memanahi terlebih dahulu mengenai materi yang akan dipelajari. Dan tujuan ini berhubungan dengan perkembangan konsep diri dan emosi karena dengan memberikan definisi mengenai getaran siswa diminta untuk menyatakan pendapat yang akan membentuk konsep diri yang baik untuk keberanian menyampaikan pendapat dan karena pada masa ini remaja harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya sehingga menunjukan kontinuitas dengan masa lalu dan sikap menghadapi masa datang.

4.  Siswa mampu memperhitungkan contoh soal yang berkaitan dengan materi getaran (C6).
Alasan : karena menurut teori pieget di buku psikologi pendidikan karya Jeanne Ellis Ormrod halaman 43-47, di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal dan kemapuan matematika siswa pada tahap oprasional formal mulai berkembang yang berarti siswa sudah mampu memisahkan dan mengotrol variable dalam penalaran matematika, dan siswa sudah mampu menarik kesimpulan dari suatu materi. Oleh karena itu dalam tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan kognitif mengambil kata-kata “memperhitungkan”. Tujuan kognitif ini berhubungan dengan perkembangan nilai, sikap dan moral serta karakter yang dapat tercipta dari pembejaran ini karena Menurut Gerald Corey salah satu karakter remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan nilai, bahwa remaja sudah bisa mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang lebih matang yang berarti siswa sudah mampu menngerjakan latihan soal tersebut secara mandiri. Dan Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Saat siswa diberikan lathan soal sikap siswa yang positif terhadap hal tersebut merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar dan dalam pembelajaran dengan diberikannya contoh/ latihan soal mengenai getaran, maka akan terbentuk karakter sungguh-sungguh pada siswa dan sikap positif saat diberikan latihan soal sudah mencerminkan bahwa siswa mempunyai nilai, sikap dan moral yang baik.

5.  Siswa mampu memberikan contoh tentang getaran dalam kehidupan sehari – hari (C2)
Alasan : Menurut Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Kreativitas atau berfikir kreatif sendiri yaitu dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.  deskripsi kreativitas di atas menekankan pada aspek kognitif yang sering diasosiasikan dengan intelegensi atau kecerdasan. Keterkaitan antara kreativitas dan kognitif diindasikan dari pernyataan McGregor (2007) bahwa kreativitas merupakan produk kognitif. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa kreativitas mempersyaratkan kognitif dan dengan membrikan contoh tentang getaran dalam kehidupan sehari – hari dalam pembelajaran fisika, siswa akan lebih kreatif contohnya dengan memikirkan konsep mengenai ayunan sederhana, dimana sering terlihat sebuah getaran terjadi pada batu yang diikat dengan tali dan diayunkan siswa menanggapi suatu hal dan akan mengasah kreativitasnya jadi dapat disimplukan bahwa Tujuan ini berhungan dengan perkembangan kreativitas.

6.   Siswa mampu membandingkan periode dan frekuensi dalam suatu getaran (C4)
Alasan : menggunakan kata “membandingkan” karena di umur 14 tahun siswa termasuk tahap oprasional formal di buku psikologi pendidikan karya Ellis Ormrod halaman 43-47. Dan sesuai teori pieget siswa sudah mampu mengenali kesimpulan yang logis oleh karena itu siswa mampu membandingkan periode dan frekuensi dalam suatu getaran dari kesimpulan materi yang ia pelajari. Tujuan kognitif ini berhubungan dengan cara mengatasi lupa dan jenuh dan pemberian motivasi karena dalam pelaksanaan pembelajaran dengan siswa relawan tidak sepenuhnya siswa dapat mengingat materi yang telah dipelajari yang telah disesuaikan dengan perkembangan kognitifnya tetapi terdapat kendala-kendala seperti saat siswa lupa materi mengenai perbedaan antara periode dan frekuensi dalam suatu getaran padahal materi tersebut sudah dipelajari dan sering diulas dalam pembahasan pembelajaran dan kejenuhan karena terlalu penuh dan padat rentang waktu  yang dipakai belajar. Untuk mengatasi hal tesebut pendidik menggunakan cara mengatasi lupa yaitu dengan pengelompokkan (clustering) atau menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil dalam pembahasan mengenai frekuensi dan periode dalam suatu getaran. Setelah cara tersebut dilakukan ternyata siswa dapat lebih mengingat perbedaan antaran frekuensi dan periode dalam suatu getaran dan mampu membandingkan antara periode dan frekuensi dalam satu getaran. Dan untuk mengatasi kejenuhan saat belajar pendidik menggunakan cara pemberian stimulasi baru dan motivasi agar siswa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya contohnya dengan memberikan hadiah jika siswa mendapatkan nilai ulangan diatas 80. Dan memberikan motivasi dengan ayat al-qura’an contohnya dengan ayat dalam al-qur’an surat al-imran ayat 139
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: janganlah kamu merasa lemah dan jangalah kamu berdukacita padahal kamulah orang-orang yang tertinggi jika kamu orang-orang yang beriman.
Maksud memberikan motivasi lewat ayat ini yaitu agar siswa tetap bersemangat dalam menghadapi segala tantangan yang ada dalam proses pembelajaran termasuk melawan rasa jenuh dalam pembelajaran.

7. Siswa mampu membuktikan rumus periode dalam pengaplikasian dalam soal latihan.
Alasan : Tujuan ini berhubungan dengan multiple intelligence. Dimana Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Dalam hal ini siswa relawan mempunyai Kecerdasan matematika-logika yaitu kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Hal ini sesuai dengan dengan perkembangan kognitif anak di umur 14 tahun sudah mampu mampu memikirkan dan memahami konsep suatu materi, mengenali kesimpulan yang logis, kemapuan matematika pada mulai berkembang, dan mampu memisahkan dan mengotrol variable dalam penalaran matematika.

II. AFEKTIF
1.  Siswa mampu menggabungkan diri dan bekerja sama dengan kelompoknya dalam kegiatan praktikum dengan materi getaran.
Alasan : karena pada usia 14 tahun siswa termasuk ke dalam fase Identity Vs Role Confusion / Identitas dimana pada fase siswa menuju kematang fisik dan mental dan  mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain, ia berpikir pula apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Oleh karena itu dalam ranah afektif ini digunakan kata menggabungkan diri agar siswa terbiasa bersosialisasi satu dengan yang lain.

II. PSIKOMOTORIK
1.  Siswa mampu mempersiapkan alat peraga praktikum berupa bandul yang sesuai dengan media pembelajaran (P1)
Alasan : menggunakan kata “mempersiapkan” karena pada perkembangan psikomotorik siswa perlu disadari oleh kesiapan untuk mencapai perkembangan. Dan menurut fuji lestari perkembangan psikomotorik pada masa remaja berkaiatan dengan imajinasi, mengkoordinasi pemikiran dan ide dengan peristiwa tertentu oleh karena itu dalam tujuan diranah psikomotorik siswa diminta untuk mempersiapkan alat peraga praktikum berupa bandul yang bermaksud agar mengasah skill dan pemikiran lewat praktikum.

6.     METODE PEMBELAJARAN
·        Ceramah
·        Tanya jawab
·        Diskusi
·        Penugasan

7.     EVALUASI
Dalam teori kognitif yang diterapkan pada siswa realwan dan setelah pemebalajaran terlaksana terdapat kelebihan dan kekeurang yang terjadi selama proses belajar mengajar maupun hasil yang divapai siswa, untuk itu dalam hal ini perlu adanya evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui metode pembelajara yang digunakan, hasil yang diperoleh sudah terlaksana sesuai dengan tujuan atau belum. Dalam evaluasi ada beberapa jenis evaluasi yang bisa digunakan daintaranya Evaluasi selektif,  Evaluasi diagnostic,  Evaluasi sebagai penempatan, Evaluasi sebagai pengukuran keberhasilan, dan Evaluasi formatif.
Dalam evaluasi pembelajaran kali ini menggunakan evaluasi jenis formatif dan evaluasi sebagai pengukuran keberhasilan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program itu terlaksana dan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2008.  Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Reed, Stephen K. 2011. Kognisi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Samosir. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta: PT.Indeks.
Solso,  Robert L dkk. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru . Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C. V ANDI OFFSET